stres mempunyai peran yang signifikan terhadap hidup Anda. Namun, tidak semua stress itu buruk. Terkadang stres mampu membangun ketahanan dan meningkatkan performa. Sedangkan stres kronis, bisa menyebabkan kekacauan pada otak dan tubuh Anda.
Stres juga bisa berefek mendalam terhadap perilaku kita. Bukan hanya mengganggu fokus dan cara pengambilan keputusan saja. Namun stres juga dapat mempengaruhi tujuan-tujuan dan kebiasaan kita.
Studi terbaru menemukan bahwa selama masa stres, perilaku kita untuk mencapai suatu tujuan akan menghilang. Sebaliknya, otak kita hanya akan mengikuti perilaku rutinitas. Tergantung kepada kebiasaan yang Anda miliki, kabar ini bisa menjadi baik atau buruk. Ketika hidup sangat membuat kita menjadi stress dan tertekan, kita bisa saja menjauh dari kebiasaan baik semudah kebiasaan buruk kita.
Stres juga bisa berefek mendalam terhadap perilaku kita. Bukan hanya mengganggu fokus dan cara pengambilan keputusan saja. Namun stres juga dapat mempengaruhi tujuan-tujuan dan kebiasaan kita.
Studi terbaru menemukan bahwa selama masa stres, perilaku kita untuk mencapai suatu tujuan akan menghilang. Sebaliknya, otak kita hanya akan mengikuti perilaku rutinitas. Tergantung kepada kebiasaan yang Anda miliki, kabar ini bisa menjadi baik atau buruk. Ketika hidup sangat membuat kita menjadi stress dan tertekan, kita bisa saja menjauh dari kebiasaan baik semudah kebiasaan buruk kita.
Kenyataan stress
Bukti pertama datang dari para peneliti di USC. Pada tahun 2013 yang lalu, mereka menemukan bahwa perilaku orientasi tujuan tergantikan dengan kebiasaan ketika mengalami stres. Hasil dari studi mereka ini dipublikasikan pada Journal of Personality and Social Psychology, seperti dikutip dari laman Huffington Post, Selasa (8/12/2015).
Dalam rangkaian 5 eksperimen, mereka mengikuti siswa-siswa sekolah selama satu semester. Yang terpentingnya mereka juga mengikuti ketika masa ujian. Yang akhirnya mampu memberikan mereka skenario kehidupan nyata untuk dapat mengamati perilaku yang terkuak pada skenario penuh dengan stres.
Dalam rangkaian 5 eksperimen, mereka mengikuti siswa-siswa sekolah selama satu semester. Yang terpentingnya mereka juga mengikuti ketika masa ujian. Yang akhirnya mampu memberikan mereka skenario kehidupan nyata untuk dapat mengamati perilaku yang terkuak pada skenario penuh dengan stres.
Seperti yang diduga, situasi dengan ketegangan tinggi menyebabkan belajar yang berlebihan, gangguan pada tidur, dan stres. Dan apa yang para peneliti lihat adalah peningkatan pada rutinitas kebiasaan mereka.
Sebagai contoh, siswa-siswa yang mengkonsumsi sarapan kurang sehat akan memakan lebih banyak makanan junk food pada masa ujian. Sangat kontras hasilnya dengan siswa-siswa yang mengkonsumsi bubur gandum di pagi hari namun akan terus mengonsumsi makanan yang baik. Terlebih ketika mereka sedang dalam tingkat stres yang tinggi.
Kebiasaan lain termasuk pergi ke tempat berolahraga atau membaca koran pada pagi hari. Bahkan jika para siswa-siswa tersebut dibatasi oleh waktu, mereka akan mengejar aktivitas tersebut.
“Anda mungkin akan mengharapkan ketika para siswa-siswa mengalami stress dan mempunyai waktu yang sedikit, mereka tidak akan membaca koran sama sekali, sebaliknya mereka akan menjauh dari kebiasaan membaca mereka,” ujar Wendy Wood, salah satu dari peneliti pada sebuah siaran pers.
No comments:
Post a Comment