Baru-baru ini kasus flu burung kembali terjadi dimana seorang bapak dan anak di Tangerang meninggal karena penyakit ini (24/3/2015). Menteri kesehatan Nila F Moeloek pun menyerukan imbauan agar semua pihak tetap tenang dan memberi pengarahan agar kandang ternak-ternak dibersihkan dengan benar dan kotoran ternak di got juga dibersihkan. Lalu apa sih penyakit flu burung ini? simak penyebab, gejala, masa inkubasi, pencegahan, dan pengobatan flu burung berikut
Flu Burung (Avian Influenza/AI) adalah penyakit berbahaya kategori I yang dapat menyerang unggas dan manusia. Flu Burung yang sering dikenal juga dengan istilah Fowl plaque merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza yang menyerang berbagai unggas, termasuk unggas darat maupun air. Pada unggas air seperti bangau, belibis dan bebek liar virus sudah beradaptasi dengan inangnya sehingga tidak menyebabkan penyakit namun tetap menjadi pembawa (reservoir) yang berbahaya. Sedangkan unggas domestik seperti ayam dan kalkun rentan terhadap virus AI. Virus influenza yang terganas sepanjang sejarah adalah H1N1 yang telah menyebabkan kematian jutaan manusia, terjadi pada tahun 1918 dan dikenal sebagai wabah Spanish Flu.
Penyebab
Virus influenza merupakan virus RNA yang memiliki sifat mudah mengalami mutasi, tergolong dalam Famili Orthomyxoviridae dengan genus Ortho-myxovirus. Virus ini memiliki beberapa tipe, antara lain: A, B dan C. Tipe A menyerang unggas, manusia, babi, kuda dan mamalia lain. Sedangkan tipe B dan C hanya menyerang manusia. Virus memiliki amplop yang mengandung dua bagian penting pada permukaan antigen dan menentukan sifat patogenitas virus. Bagian tersebut adalah hemaglutinin (HA) dan neuraminidase (NA). Sampai saat ini telah diketahui lebih dari 100 strain viruis. Pada Tipe A sudah dikenal antara lain: H1N1, H5N1, H3N2.
Pada umumnya virus influenza memiliki hospes (inang) yang spesifik (specific host) sehingga virus yang menginfeksi burung tidak akan menginfeksi manusia atau sebaliknya. Namun dalam perkembangannya sifat mutasi virus menyebabkan perubahan sifat virus iyang disebut “antigenic shift”, yaitu perubahan sebagai akibat akumulasi mutasi pada genomnya. Bisa juga berupa “antigenic drift”, yaitu persilangan genom antara virus influenza tipe yang berbeda. Sebagai contoh varian H5N1 yang awalnya hanya menyerang unggas namun dengan perantara (mixing vessel) babi menghasilkan virus influenza yang dapat pula menyerang manusia.
Sifat-sifat virus AI pada unggas, antara lain peka terhadap faktor-faktor lingkungan, seperti: panas, pH yang ekstrim, kondisi non isotonis, kering. Virus mati pada pemanasan 60°C selama 30 menit dan 56°C selama 3 jam. Peka terhadap pelarut lemak, seperti deterjen, peka juga terhadap desinfektan, antara lain formalin, β- propiolakton, cairan yang mengandung iodine, eter, larutan asam, ion ammonium, dan klorida. Tahan beberapa lama (30 -35 hari) dalam tubuh unggas terutama dalam sektreta dari hidung dan mata serta ekskreta feses.
Cara Penularan
Virus avian influensa yang dikeluarkan oleh unggas lewat cairan hidung, mata dan feses dapat menular pada manusia dan unggas lain. Tinja yang mengering dan bercampur di udara adalah salah satu kemungkinan proses penularan virus pada manusia. Selain itu, virus bisa terkandung dalam telur dari ayam induk yang terinfeksi, namun embrio akan mati sebelum menetas. Belum ada indikasi pula virus AI menular dari manusia ke manusia, tetapi tetap harus waspada, karena bisa terjadi perubahan sifat virus secara “antigenic drift” dalam tubuh babi sebagai “mixing vessel”, sehingga virus H5N1 bisa menginfeksi manusia maupun burung.
Flu burung membunuh unggas |
Masa Inkubasi
Pada ayam, masa inkubasi virus, yaitu saat virus masuk ke tubuh sampai timbul gejala membutuhkan beberapa jam sampai dengan 3 hari dalam satu individu dan 14 hari dalam satu flok. Hal ini tergantung pada barbagai faktor, antara lain; jumlah dan patogenitas virus yang menginfeksi, jenis spesies yang terinfeksi, kemampuan deteksi gejala klinis. Pada manusia, inkubasi virus membutuhkan 1- 3 hari, tergantung umur, kekebalan dan kondisi individu. Pada umumnya kasus terjadi pada anak-anak karena sistim kekebalan pada anak belum berkembang sempurna.
Gejala
Gejala klinis yang bisa dikenali pada unggas penderita AI, antara lain jengger dan kulit yang tidak berbulu berwarna biru (sianosis. Beberapa kasus mati mendadak, tanpa gejala klinis. Terjadi abnormalitas pada sistim pernapasan, pencernaan dan syaraf serta reproduksi. Pada gejala awal ditemukan adanya penurunan napsu makan, diare, lemah, penurunan produksi telur, gangguan pernapasan berupa batuk, bersin, menjulurkan leher, hiperlakrimasi (leleran mata berlebih), dan bulu kusam.
Gejala klinis pada manusia penderita AI, antara lain adalah penderita mengalami demam (38°C), sakit tenggorokan, batuk, beringus, infeksi mata, nyeri otot, sakit kepala, lemas dan dalam waktu singkat dapat menjadi lebih berat dengan terjadinya peradangan paru-paru (pneumonia) dan kematian. Perlu waspada jika kejadian influenza terjadi pada manusia yang kira-kira 7 hari terakhir telah kontak dengan unggas dan unggas tersebut sakit atau mati dengan gejala klinis mengarah pada penyakit flu burung.
Pengobatan
Pada unggas pengobatan belum efektif hanya upaya peningkatkan daya tahan tubuh ayam dengan pemberian antibiotik dan multivitamin. Penggunaan interferon amantadin pada kasus influenza pada puyuh dan kalkun di Italia berhasil menurunkan angka kematian hingga 50 persen.
Pada manusia pengobatan bisa dilakukan dengan dua kelompok obat anti virus, yaitu: (1) kelompok “ion channel blocker”, yang bersifat memblokir aktivitas ion channel dari virus influenza tipe A, sehingga aliran ion hidrogen diblokir dan virus gagal melakukan perkembangbiakan contohnya amantadine dan rimantadine. (2) Neuraminidase inhibitor, yang menghambat virus masuk ke dalam sel dan teragregasi di permuakaan sel saja dan tidak bisa pindah ke sel lain. Pemberian amantadine adalah 48 jam pertama selama 3 – 5 hari, dengan dosis 5 mg/kg BB per hari dibagi dalam 2 dosis, Apabila berat badannya lebih dari 45 kg diberikan 100 mg 2 kali sehari.
Kontrol dan Pencegahan
Diperlukan kontrol yang ketat dan tindakan pencegahan penyakit untuk menekan kejadian penyakit AI dan penularan AI ke manusia. Kontrol dan tindakan pencegahan yang penting dilakukan antara lain:
- Jaga jarak dan jangan melakukan kontak langsung dimana unggas sedang terjangkit wabah flu burung
- Jangan menyentuh kotoran unggas disekitar kita kalau perlu segerakan pembersihan kotoran tersebut
- Pembersihan secara berkala kandang hewan peliharaan unggas dan penyemprotan desinfektan
- Hindari berdekatan dengan orang yang terinfeksi virus, dan gunakan masker setiap kali harus berdekatan
- Jika merasakan gejala flu burung segerakan ke rumah sakit untuk pemeriksaan
- Menjaga sanitasi atau kebersihan lingkungan, biasakan rajin mencuci tangan dengan sabun, dan mulailah gaya hidup sehat untuk meningkatkan daya tahan tubuh
- Lakukan vaksinasi virus flu manusia untuk mengurangi terjadinya gabungan virus flu burung manusia dan flu burung dalam satu orang
EmoticonEmoticon